
Semangat Swasembada Pangan: Perjuangan Petani Biak Numfor Menembus Keterbatasan dalam Budidaya Padi
Biak, 22 Mei 2025 — Petani di Kabupaten Biak Numfor, Papua, terus menunjukkan semangat luar biasa dalam mengembangkan budidaya padi meskipun menghadapi banyak keterbatasan. Meski bukan daerah sentra padi, wilayah ini mulai membuka potensi pertanian guna mendukung swasembada dan kemandirian pangan.
Di Kampung Karuiberik, Distrik Warsa, Kelompok Tani Faduru yang dipimpin Andarias Orboi telah membuka lahan 5 hektare untuk padi gogo, meski masih terkendala minimnya alat, informasi, dan benih. Sementara itu, di Kampung Inswanbesi Sup, kelompok tani lain di bawah pimpinan Deki Boseren telah berhasil menanam padi seluas 0,5 hektare di lahan hutan.
Untuk mendukung para petani, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Biak Numfor menggelar audiensi dan konsolidasi bersama para penyuluh pertanian guna menyamakan strategi pendampingan Luas Tambah Tanam (LTT). Kegiatan ini dipimpin oleh Rima Dewi Sajow, SP, dan menghadirkan Dr. Ir. Siska Tirajoh, M.Si serta penyuluh BRMP Papua, Muhammad Nur, S.ST., MP. Selain pelatihan teknis dan pemetaan geospasial, kegiatan ini juga diisi dengan penyerahan benih padi varietas Mekongga sebanyak 5 kilogram kelas SS untuk dikembangkan oleh petani setempat.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 109, Biak Numfor menargetkan LTT 14 hektare untuk padi reguler dan 45 hektare untuk padi gogo pada 2025. Hingga Mei, target reguler telah tercapai, dan tambahan 8 hektare akan ditanam di empat distrik. Tantangan utama masih pada ketersediaan benih, yang selama ini diperoleh dari Supiori, Manokwari, dan Makassar, dengan harga benih lokal di Pasar Dafuar mencapai Rp80.000–Rp200.000 per kilogram.
Meski demikian, semangat petani dan dukungan pemerintah menjadi kunci utama dalam mewujudkan kemandirian pangan di wilayah timur Indonesia.