"Membangun Semangat Petani Kakao di Lembah Grime "
Kakao (Theobrema cacao L.) merupakan salah satu komoditas ekspor perkebunan tertinggi ketiga yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, selain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara, serta dapat memberikan sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi petani. Peluang pasaran kakao sebagai bahan baku industri makanan dan minuman serta farmasi dan industri kosmetik secara global terbuka lebar dan sangat menjanjikan jika digeluti secara tekun.
Meskipun pada saat ini Wilayah Papua tidak termasuk dalam sentra pengembangan Kakao di Indonesia, namun terdapat beberapa Kabupaten yang berupaya mengembangkan Kakao diantaranya Kabupaten Jayapura, Sarmi, Keerom, Waropen dan Kota Jayapura.
Kepala BPSIP Papua, Dr. Ir. Martina Sri Lestari pada 24 Januari 2024 turut serta menghadiri Kegiatan Penanaman serta Panen Kakao bersama Plt. Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua, Debora D. Salosa, S.Hut, MM dan Plt. Kapala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura, Jenny Susan Deda di Kampung Klaysu, Distrik Gresi Selatan, Kabupaten Jayapura.
Pada kesempatan tersebut, Koordinator Gabungan Kelompk Tani Perkebunan, Yonatan Klemen menceritakan kisah perjuangan Petani setempat menanam kakao di Klaysu dan sekitarnya. “Kami ada punya kakao lokal, yaitu kakao Belanda yang sudah ada sejak dulu. Tapi sekarang kami juga ada tanam kakao klonal yang hasilnya lebih tinggi dan tahan hama dan penyakit. Jadi dengan kakao klonal, hasil panen lebih banyak”. Sejak dikembangkan mulai 2015, Kakao klonal yang merupakan klon introduksi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat. Jumlah anggota kelompok yang awalnya hanya beberapa orang telah berkembang hingga saat ini mencapai hampir 30 orang lebih. Tidak hanya itu, Kelompok tani di Klaysu rencananya akan membagikan bibit kakao bersertifikat ke kampung-kampung sekitar di Wilayah Lembah Grime Nawa.
Plt. Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Prov. Papua menyampaikan apresiasi pada Masyarakat yang berswadaya sejak awal memulai kegiatan budidaya kakao hingga saat ini. Pemda Provinsi akan mencoba membantu hal-hal teknis lainnya yang masih kurang dan berharap Kelompok tani lokal tersebut dapat lebih mandiri kedepan.
Pada kesempatan yang Ka. BPSIP Papua menyerahkan bibit jagung komposit varietas Jakarin sebanyak 60 kg untuk digunakan sebagai penaung sementara pada tanaman kakao sebelum penaung tetap berfungsi dengan baik dan tanaman kakao belum menghasilkan.